10 Game PlayStation 4 Terbaik Tahun 2016 Versi Tech in Asia Games

21 December 2016 - by

Akhirnya kita sampai ke penghujung tahun 2016. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Tech in Asia Games selalu menyajikan kamu dengan ringkasan-ringkasan game terbaik yang dirilis tahun ini berdasarkan platform dan genre. Untuk tahun ini, kami membuka seri artikel terbaik 2016 dengan jajaran game terbaik untuk PS4.

Baca juga jajaran game PS4 terbaik tahun 2015 dari kami!

Advertising
Advertising

Tahun 2016 masih merupakan tahun gemilang bagi Sony dengan PS4. Belum lama ini mereka menembus angka penjualan sebesar 50 juta unit untuk PS4. Selain itu, tahun ini juga menjadi saksi dari dirilisnya PS4 versi Slim dan Pro, serta menjadi momen di mana penantian bertahun-tahun untuk beberapa judul akhirnya terjawab.

Di tahun yang luar biasa bagus untuk Sony maupun pemilik PS4 ini, apa saja game terbaik yang kira-kira bisa kamu dapatkan? Temukan jawabannya di bawah ini.


Uncharted 4: A Thief’s End

Naughty Dog menutup kisah Nathan Drake dengan dentuman besar melalui Uncharted 4. Game action dengan unsur cerita yang sangat kuat ini masih akan membawamu dalam petualangan seru dan menegangkan. Bedanya, kali ini Nathan Drake akan kebagian teman baru yaitu kakaknya yang telah lama hilang, Samuel Drake (disuarakan oleh Troy Baker).

Petualangan dalam Uncharted 4: A Thief’s End terasa lebih besar dan padat dibandingkan game Uncharted sebelumnya. Game ini juga memiliki durasi paling panjang dibanding dengan tiga game awal seri Uncharted yang pertama kali dirilis untuk PS3.

Mengutip kalimat dari majalah game asal Inggris, Edge, kata “sayang” adalah kosakata dari seluruh bahasa di dunia yang paling sempurna menggambarkan Uncharted 4. “Sayang” dalam arti positif sekaligus sedikit negatif, karena akhirnya kita semua disajikan dengan penutup yang epik, memberikan perasaan senang sekaligus rasa perpisahan kepada seri yang pertama hadir hampir sepuluh tahun lalu di hadapan kita.

Review Uncharted 4: A Thief’s End – Pemburu Petualangan


Dark Souls III

Seri Souls buatan From Software kembali hadir lagi tahun ini setelah eksistensinya digantikan oleh Bloodborne tahun lalu. Masih menyajikan hiburan ekstrem bagi gamer yang  suka tantangan, Dark Souls III memuaskan banyak penggemar yang cukup kecewa dengan Dark Souls II, pendahulu yang tidak digarap oleh kreatornya langsung, Hidetaka Miyazaki.

Dark Souls III menyajikan para pemainnya dunia fantasi gelap dan cara penyampaian cerita yang sangat terbuka untuk dimaknai dengan berbagai pemahaman. Jika kamu termasuk gamer yang suka dengan gameplay yang detail dan kompleks, Dark Souls III jelas merupakan game yang sempurna untuk kamu.

Review Dark Souls III – Membara Tanpa Ampun


DOOM

Game shooter legendaris ini lahir kembali di tahun 2016 dengan tampilan dan gameplay modern, namun tetap mempertahankan apa yang membuat seri klasiknya begitu digemari banyak gamer. Kamu akan disajikan dengan aksi brutal yang membawamu ke aksi tembak menembak menghabisi iblis, dari planet Mars sampai terjun ke neraka langsung!


Overwatch

Overwatch bisa dibilang merupakan salah satu fenomena paling populer yang hadir di tahun 2016. Game shooter multiplayer kompetitif buatan Blizzard ini tidak hanya menyajikan gameplay seru, tapi juga karakter-karakter yang sangat menarik untuk diikuti latar belakangnya.

Review Overwatch – Semua Bisa Jadi Pahlawan


Final Fantasy XV

Penantian sepuluh tahun semenjak game ini diumumkan untuk PS3 dengan judul Final Fantasy Versus XIII akhirnya terbayar sudah. Final Fantasy XV hadir di penghujung tahun 2016 dan sukses memukau para penggemar seri ini.

Final Fantasy XV dibuka dengan kalimat yang menyatakan kalau game ini adalah Final Fantasy yang cocok untuk penggemar lama ataupun baru, dan Square Enix sukses membuktikannya. Dengan gameplay yang jauh lebih action daripada Final Fantasy klasik, Final Fantasy XV membawa pemain ke road trip penuh nuansa bromance bersama Pangeran Noctis dan tiga kawan sekaligus pengawalnya.

Review Final Fantasy XV – Habis Gelap Terbitlah Terang


The Last Guardian

Jika Final Fantasy XV memaksa kita untuk menunggu selama sepuluh tahun, maka The Last Guardian “hanya” membuat kita menunggu selama tujuh tahun sejak diumumkan pada E3 2009 lalu. Untungnya penantian tersebut juga terbayar dengan memuaskan.

The Last Guardian merupakan game ketiga dari tim Gen Design (sebelumnya Team Ico) yang dipimpin oleh Fumito Ueda. Layaknya dua game mereka sebelumnya, Ico dan Shadow of the Colossus, The Last Guardian menyajikan petualangan unik dan orisinal, penuh dengan nilai seni di dalamnya.

Masih sama juga dengan pendahulunya, The Last Guardian juga memiliki banyak kekurangan, namun semua itu terbayar dengan kesan emosional dan personal yang disajikan game ini.

Review The Last Guardian – Seni Tidak Butuh Validasi


Battlefield 1

Ketika “pesaingnya”, Call of Duty, membawa pemain ke masa depan yang lebih jauh dengan Call of Duty: Infinite Warfare, EA dan DICE malah membawa kita semua ke awal abad 20 dengan Battlefield 1. Game ini membawa pemainnya ke perang besar dan mendebarkan berlatar sejarah Perang Dunia I.

Di sini, pemain disajikan dengan aksi yang penuh dengan teknologi perang masa transisi. Kamu bisa menemukan tentara yang berjuang di atas kuda bersenjatakan pedang, dan di saat bersamaan ada juga pasukan Angkatan Udara dengan pesawat yang dilengkapi senjata api berbahaya. Battlefield 1 juga terasa ramai berkat mode multiplayer yang mengizinkan 64 pemain untuk bertempur di medan sama secara bersamaan.

Review Battlefield 1 – Sebuah Kisah tentang Perang


Titanfall 2

Titanfall hadir kembali dengan sekuel yang memperbaiki kekurangan-kekurangan dari pendahulunya. Di sekuel ini, Respawn Entertainment kembali menghadirkan peperangan modern dengan ruang gerak yang bebas dan juga robot-robot besar yang meramaikan suasana.

Titanfall 2 juga membawa perubahan positif dengan hadirnya mode single player. Mode baru ini memberikan pemain kemampuan yang mengizinkan Titanfall 2 memiliki desain level yang tidak akan kamu temukan di game shooter modern lainnya.

Review Titanfall 2 – Dua Lebih Baik daripada Satu


Inside

Inside adalah game terbaru dari Playdead, developer yang menyajikan kita dengan game indie legendaris, Limbo. Cukup mirip dengan Limbo, game ini menyajikan petualangan puzzle platformer dengan kesan gelap dan penuh misteri.

Ketika Limbo dirilis, game ini sukses menampilkan gaya visual baru yang kemudian menjadi inspirasi dari banyak karya buatan developer lain. Namun, melalui Inside sepertinya Playdead hendak menunjukkan hal baru yang akan cukup sulit ditiru karena grafis dari game ini memiliki karakteristik unik tersendiri.

Dengan animasi yang tampak sangat halus tapi penuh detail di atas unsur minimalisme, Inside membawa pemain ke sebuah pengalaman yang tampak begitu indah meskipun memiliki tona warna yang monoton. Sebuah pengalaman singkat yang wajib dicoba semua orang.

Review Inside – Menyempurnakan Limbo


Odin Sphere: Leifthrasir

Odin Sphere: Leifthrasir adalah remake dari action RPG buatan Vanillaware yang dirilis untuk PS2. Remake untuk PS3, PS4, dan PS Vita ini menghadirkan tampilan yang lebih tajam, animasi yang lebih halus, serta pengalaman keseluruhan yang membuat game ini tetap pantas dimainkan pemain yang telah menyelesaikan versi PS2, dan juga menjadi opsi sempurna bagi gamer yang belum menjajal versi klasiknya.

Odin Sphere memiliki grafis ala Vanillaware yang penuh warna. Tidak hanya itu saja, game ini juga memiliki cerita yang menarik dengan skrip yang puitis layaknya sebuah drama. Memainkan Odin Sphere: Leifthrasir betul-betul terasa seperti menonton pertunjukan seni yang indah.

Review Odin Sphere: Leifthrasir – Derita Cinta Tiada Akhir


Demikianlah game PS4 terbaik tahun 2016 versi Tech in Asia Games. Apakah game favorit kamu juga masuk? Kalau tidak, apa game PS4 favoritmu? Sampaikan langsung di kolom komentar.

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

The post 10 Game PlayStation 4 Terbaik Tahun 2016 Versi Tech in Asia Games appeared first on Tech in Asia Indonesia.