Bisnis Heroin Elektronik Mobile Legends
Revolusi digital memindai gaya hidup orang Indonesia. Gim online berbasis ponsel seperti Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) merangsek pelbagai ruang. Anda jadi lebih sering melihat orang-orang bermain gim di warung-warung, kantor, hingga sekolahan. Mereka lebih terobsesi main gim daripada ngobrol, makan, atau tidur.
Mulai Menjamur Perusahaan Manajemen e-Sports
Iklim bisnis yang bagus ini berkembang perlahan di Indonesia. Berbiak perusahaan yang berfungsi sebagai manajemen para atlet e-Sports.
Contohnya seperti EVOS eSports, Rex Regum Qeon (RRQ), atau Bigetron Player Kill. Perusahaan manajemen tim ini punya divisi terdiri para atlet dari pelbagai gim, misalnya MLBB, Dota 2, Point Blank, Arena of Valor (AOV), atau League of Legends. Mereka berjejaring secara global lewat investor yang sama. Selain itu, tiap perusahaan manajemen tim e-Sports memiliki brand ambassador. Baca juga: Mengolahragakan Game dengan e-Sports Rizal Fauzi, manajer pengembangan bisnis RRQ, menjelaskan perusahaannya mendapatkan pemasukan dari sponsor, kerja sama endorsement, hingga penjualan merchandise. “Management RRQ mencari pemain dengan kemampuan dan attitude yang baik,” ucap Rizal kepada Tirto. Setiap atlet yang bergabung tetap dibebaskan untuk menjadi YouTubers, menjual akun Mobile Legends, menjual item, menjual diamond, atau sebagai joki player. Syaratnya: asalkan mereka tak mengabaikan tanggung jawab melaksanakan kewajiban sebagai pemain di manajemen tim tersebut. Muhammad Ikhsan atau Lemon, anggota tim RRQ divisi Mobile Legends, membuka jasa joki untuk kenaikan level. Satu kali main, ia memasang tarif antara Rp4.000 hingga Rp25 ribu. Baca juga: Bisnis Joki Gim Online Mobile Legends Seperti olahraga kompetitif tradisional, e-Sports membutuhkan keterampilan, strategi, taktik, konsentrasi, komunikasi, koordinasi, kerja tim, dan pelatihan intensif. Di RRQ, hanya divisi Dota 2 yang memiliki pelatih sendiri. Sisanya, tiap tim berlatih sendiri. Biasanya mereka menganalisis dan menonton tayangan ulang pertandingan besar atau bertanding melawan tim lain. Wilbert Marco, manajer tim bagi RRQ divisi gim Dota 2 & Arena Of Valor, menjelaskan pihak manajemen bertugas memberikan tempat tinggal, fasilitas internet, katering makanan, memperkenalkan pemain melalui akun media sosial, transportasi, hingga mengatur event jumpa fans. “Gaji per bulan mereka di atas UMR Jakarta,” ujarnya. Upah minimum Provinsi Jakarta tahun 2018 sebesar Rp3,6 juta. Sementara Aldean Tegar Gemilang, manajer umum EVOS Esports, mengatakan gaji bulanan atlet MLBB di tempatnya sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta. Gaji bulanan di tim NXL divisi MLBB tergolong kecil. Afrindo Valentino dan rekannya dibayar Rp500 ribu per bulan.e-Sports adalah Candu?
Budaya e-Sports tumbuh pada banyak sisi. Ia menjadi lahan bisnis baru. Ia memfasilitasi pertumbuhan pasar perangkat gim sekaligus berkontribusi pada pembentukan kelompok besar pencandu gim online.
Tren terakhir itu bahkan punya istilahnya sendiri: 'heroin elektronik'. Ia dibuat untuk mengutuk industri gim yang terus berkembang. Gim dianggap merampas minat belajar para remaja. Kelompok psikolog di Cina pada 2007 menyatakan "kecanduan main gim internet adalah masalah kesehatan jiwa". Mereka menganggapnya sebagai gangguan mental dengan gejala lekas marah, kecemasan, dan depresi. Begitu juga di Jepang. Berdasarkan riset Daria J. Kuss, bertajuk “Kecanduan Game Internet: Perspektif Saat Ini”, pemerintah Jepang mengakui kecanduan gim merupakan masalah kejiwaan. Pemerintah membentuk pusat rehabilitasi untuk mengobatinya. Baca juga: Gen Z: Aku Ingin Jadi Gamer Di sisi lain, menjadi atlet gim online punya nilai positif, dengan catatan: harus ada pengaturan untuk menyiasati atau mengantisipasi dampak buruknya. Ini dikatakan oleh Katryna Starks, psikolog Universities Sunshine Coast, yang bilang gim bisa mengedukasi dan menanamkan budaya. Sebagai atlet e-Sports, Afrindo Valentino mengakui ia dulu kerap dilarang orangtuanya untuk bermain gim. Orangtuanya enggan Afrindo menanggalkan kewajiban menempuh jenjang kuliah. Namun, setelah tahu Afrindo dan timnya sering menang turnamen, sikap orangtuanya melunak. “Untuk orang-orang yang memikirkan gim e-Sports itu jelek, menurutku salah, sih. Kalau player berniat untuk mencapai prestasi, itu baik,” kata Afrindo. Baca juga artikel terkait MOBILE LEGENDS atau tulisan menarik lainnya Dieqy Hasbi Widhana